ROTI DUA TANGKUP
- Rincian
- Diterbitkan hari Kamis, 09 Januari 2020 00:00
- Ditulis oleh Pipi Agus Dhali
- Dibaca: 14823 kali
Baca: Pengkhotbah 12:1-8
Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. (Pengkhotbah 12:7)
Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 25-27
Anda pasti pernah mencicipinya. Dua tangkup roti diletakkan bersusun, di antaranya dioleskan selai atau mentega kemudian disisipkan apa saja sesuai selera penikmat. Entah keju, kacang atau coklat. Bisa pula kombinasi daging, ikan, telur, dan sayur. Tentu saja selipan itu yang menentukan lezatnya, bukan?
Kitab Pengkhotbah mengusung perenungan tentang kehidupan manusia yang disebutnya sebagai “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula” (ay. 7). Sebagaimana dikisahkan dalam peristiwa penciptaan manusia, demikianlah manusia (Kej. 2:5-7). Hidupnya sementara. Dibatasi oleh awal dan akhir yang sama-sama ditandai kelemahan. Berada di antara sekat kelahiran dan kematian. Justru karenanya, ada hal yang mendesak untuk dilakukan. Yaitu mengoptimalkan waktu antara kedua sekat itu selagi kekuatan masih ada. Mengoptimalkan masa muda dengan mengingat dan berkarya bagi kebesaran nama Sang Pencipta (ay. 1). Sebab kepada-Nyalah kelak kita akan menghadap kembali (ay. 7).
Hidup kita mirip roti tangkup. Kelahiran dan kematian ialah “dua tangkup” bersusun yang mengapitnya. Namun, yang terpenting adalah “isi” yang terselip di antara kedua tangkup itu. Dan, itu berpulang pada kita untuk memberinya “isi”. Iman, keyakinan, kesungguhan, kerja keras, semangat, ketekunan, kreativitas, hasil karya, dan sumbangsih kitalah yang menentukan “lezat tidaknya” kehidupan yang dititipkan kepada kita untuk dirasakan buah nikmatnya oleh sekeliling kita ini.
—PAD/www.renunganharian.net
LAHIR DAN MATI KITA TAK BERDAYA MENGATURNYA,
PERAN KITA ADA PADA RUANG DI ANTARA KEDUANYA
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria