MAU HIDUP?
- Rincian
- Diterbitkan hari Rabu, 14 Desember 2016 00:00
- Ditulis oleh Daniel K. Listijabudi
- Dibaca: 10363 kali
Baca: Yehezkiel 18:1-32
Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. (Yehezkiel 18:28)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ibrani 8-10
Banyak orang meyakini bahwa dosa orang tua menurun pada anak. Kutuk juga dianggap menurun. Kesalahan adalah sesuatu yang diwariskan. Pandangan ini juga cukup kuat dalam Taurat. Juga demikian halnya dalam pemikiran orang Kristen sekarang ini. Apakah pemahaman ini benar?
Kitab Yehezkiel 18 menolak hal ini. Bagi nabi, sindiran “ayah-ayah makan buah mentah, gigi anak-anak menjadi ngilu” (ay. 2) itu salah. Bila orang berbuat dosa, ia sendiri yang akan menanggung akibatnya (ay. 4). Anak tak lagi menanggung dosa orang tuanya. Dosa adalah urusan pribadi, bukan warisan. Ini pandangan yang cukup radikal pada masanya.
Alasannya, “semua jiwa Aku punya” (ay. 4). Maksudnya, hidup ayah maupun anak ditentukan oleh Tuhan. Hidup anak adalah urusan sang anak dengan Tuhan dan bukan sebagai konsekuensi dosa orangtua. Jadi, setiap orang berdosa harus menyadari bagiannya dan berpaling dari dosanya (ay. 30-32).
Bagi nabi masalah hukuman adalah masalah pribadi, demikian pula dengan hal hidup. Yang penting jangan lagi merasa hidup di bawah karma orang tua. Hidup kita dicapai melalui pertobatan, peralihan diri seutuhnya kepada Tuhan. Siapa yang beralih dari kutuk karma ke kasih Tuhan akan mengalami kehidupan. Hidup setiap orang adalah pergumulan orang itu dengan Tuhan. Jadi, bila seseorang ingin hidup, ia perlu mengarahkan hidupnya sendiri pada Tuhan. Tak bisa ia mengandalkan jerih juang iman orang. Hidup adalah soal kesungguhan pribadi kita dalam beralih kepada Tuhan. —DKL
HIDUP KITA TIDAK DITENTUKAN OLEH DOSA ATAU KESALEHAN ORANG LAIN,
MELAINKAN OLEH HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria