MEMILIKI PAMRIH
- Rincian
- Diterbitkan hari Rabu, 27 Januari 2016 00:00
- Ditulis oleh Nike Nilawatikresna
- Dibaca: 10329 kali
Baca: Mazmur 7:9-12
TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. (Mazmur 7:9)
Bacaan Alkitab Setahun:
Keluaran 29-31
Seorang bapak menjemput anaknya yang bermain di rumah kami sepulang dari les. Ia hanya memanggil anaknya itu, lalu membawanya pulang. Datang tidak menyapa dan pergi tidak pamit. Jujur, hati saya merasa kesal. Padahal, kami memperlakukan anaknya dengan sangat baik, memberinya makan dan minum. Namun, setelah merenungkannya lebih jauh, saya tersadar bahwa saya menolong dengan memiliki suatu pamrih.
Daud menuliskan Mazmur ini sebagai ungkapan perasaannya ketika diperlakukan tidak adil dan diserang pembencinya. Alih-alih memakai kemampuannya untuk melawan, ia memilih berseru dan memohon keadilan Tuhan. Meskipun tidak bersalah, Daud tidak bersikap seolah-olah segala perbuatannya sudah benar dan tidak perlu dikoreksi. Sebaliknya, ia begitu terbuka untuk diselidiki oleh Hakim semesta alam. Tuhan menyelidiki pikiran dan hati kita; tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Kita semestinya memiliki kesadaran semacam itu. Segala sesuatu yang kita pikirkan bagaikan buku yang terbuka di hadapan-Nya. Segala motivasi yang tersembunyi tidak akan lolos dari pandangan-Nya.
Peristiwa di atas telah mencelikkan saya kalau selama ini saya kurang terbuka untuk diselidiki oleh Tuhan. Tuhan memakai sikap buruk orang lain untuk menyadarkan bahwa saya masih harus banyak belajar arti ketulusan. Jadi, bagaimana? Apakah kita bersedia diselidiki oleh Tuhan? Kalau Tuhan memberikan nilai, berapakah kira-kira level ketulusan kita?—NNK
KETULUSAN TIDAK TERLIHAT OLEH MATA MANUSIA,
TETAPI DILIHAT JELAS OLEH MATA YANG MAHA MENYELIDIKI
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria