TAAT WALAU PAHIT
- Rincian
- Diterbitkan hari Senin, 15 Jun 2015 00:00
- Ditulis oleh Hiendarto Soekotjo
- Dibaca: 27119 kali
Baca: Hosea 1
Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.”(Hosea 1:10)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ayub 1-4
Bagaimana respons kita seandainya berada dalam posisi Hosea? Ia diperintahkan Allah untuk mengawini Gomer, si perempuan sundal (1:2-3). Lalu, ketika Gomer lari darinya untuk berzinah dengan lelaki lain, dan akhirnya dijual sebagai budak, Hosea harus menebusnya kembali dan membawanya pulang (3:1-3).
Terhadap anak-anak yang dilahirkan Gomer untuknya, Hosea harus memberikan nama yang berkonotasi buruk. Bagi putra sulung: “Yizreel” (Allah menabur). Menabur berkat? Bukan. Bukan berkat yang Dia tabur, melainkan amarah-Nya kepada bani Israel karena dosa Yehu dan keturunannya, para raja Israel Utara (1:4, lihat 2 Raja-Raja 10:29, 31). Bagi putri kedua: “Lo-Ruhama” (tiada belas kasih). Allah berhenti menyayangi umat-Nya? Tidak juga. Sebab, setelah menghukum Israel, Dia akan kembali mengasihi mereka meskipun mereka berulang kali melawan Dia (1:10-12, 2:21-22, dan 11:8-9). Bagi putra bungsu: “Lo-Ami” (bukan umat-Ku). Bagaimana jika Allah memutuskan perjanjian-Nya dengan umat-Nya? Adakah hukuman yang lebih mengerikan selain terpisah dari Dia, seperti yang pernah dialami Yesus di kayu salib (Mat. 27:46)?
Kehidupan Hosea memang amat tragis. Tak dapat dipahami kenapa Allah menyuruhnya menjalani kepahitan seperti itu. Bagi banyak orang, mungkin ia dianggap gagal. Tetapi, bagi Allah, ia hamba yang taat, yang telah berhasil menjadikan hidupnya sebagai lambang kasih Allah yang abadi pada manusia yang cenderung memberontak. Lalu, bagaimana dengan hidup kita?—HIS
KETAATAN PADA TUHAN LEBIH PENTING DARIPADA KEBERHASILAN HIDUP
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria