SUNAT HATI
- Rincian
- Diterbitkan hari Minggu, 05 Agustus 2012 00:00
- Ditulis oleh Iin Puspita
- Dibaca: 26277 kali
Baca: Ulangan 10:12-22
Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. (Ulangan 10:16)
Bacaan Alkitab Setahun:
Zefanya
Sunat, atau pemotongan kulit khatan pada lelaki, biasanya diidentikkan dengan bangsa Yahudi atau umat muslim. Namun, penelitian mencatat bahwa praktik sunat ternyata dijumpai di antara berbagai bangsa dan sudah ada di Indonesia jauh sebelum pengaruh Islam masuk. Dalam budaya Jawa, ritual sunat dihayati sebagai upaya untuk memurnikan diri dan menghilangkan sukerto, yaitu hambatan, kotoran, atau kesialan manusia yang dibawa sejak lahir. Memang dari aspek medis, kulit khatan bisa menjadi tempat persembunyian kotoran, sehingga ketika dihilangkan, sejumlah risiko penyakit bisa dihindari.
Di Alkitab, sunat pertama kali disebutkan sebagai tanda perjanjian Tuhan dengan Abraham (Kejadian 17). Tak heran, sunat lahiriah ini seringkali dibanggakan orang Yahudi untuk menunjukkan status mereka sebagai umat pilihan Allah. Namun, ada sunat lain yang berulang kali disebutkan dalam Alkitab yang lebih penting dari tanda lahiriah: sunat hati. Ini berarti menyingkirkan kulit khatan hati (Yeremia 4:4), atau hal-hal yang membuat seseorang tidak hidup takut akan Tuhan, tidak hidup mengasihi Dia dan beribadah kepada-Nya (ayat 12-13). Sunat hati berarti mengakui dan menaati Tuhan, menyatakan betapa Tuhan itu kuat dan dahsyat, adil dan kasih, layak disembah oleh semua orang (ayat 17-19).
Secara lahiriah, mungkin kita menunjukkan berbagai indikasi sebagai pengikut Kristus. Pergi ke gereja, membaca Alkitab, rajin berbuat baik. Namun, jika hati kita masih menikmati dosa, diliputi ketakutan, kebimbangan, egoisme, kepentingan diri sendiri, kita harus meminta Roh Kudus menyelidiki hati kita, adakah kita sudah bersunat hati seperti yang Tuhan inginkan?—ITA
ENTAH KITA BERSUNAT SECARA LAHIRIAH ATAU TIDAK,
TUHAN MENGHENDAKI KITA BERSUNAT HATI.