MANDIRI ATAU BERGANTUNG?
- Rincian
- Diterbitkan hari Kamis, 05 Juli 2012 00:00
- Ditulis oleh Silvia Wiguno Setiawan
- Dibaca: 15959 kali
Baca: 2 Samuel 22
“Ya, Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan.” (2 Samuel 22:2-3)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Raja-Raja 14; 2 Tawarikh 25
Hari itu tak seperti biasanya. Sam kecil berlari dengan air mata berderai saat kami muncul di kelompok bermainnya. Ia mendekap erat ayahnya. Rupanya, seorang teman telah merebut pisangnya. Ia meminta sang ayah mengambilnya kembali. Ia tahu kepada siapa ia mendapatkan rasa aman dan pertolongan.
Daud mengalami Tuhan yang melepaskannya dari musuh serta dari tangan Saul. Bagian firman Tuhan yang kita baca ialah gelora syukur yang memenuhi hati Daud, yang kemudian digubah dalam Mazmur 18. Pengalamannya dengan Tuhan memperdalam pengenalannya akan Dia, tempat berlindung yang dapat diandalkan (ayat 2-3). Saat dalam kesesakan dan sepertinya tak ada jalan keluar, Daud berseru kepada Tuhan (ayat 6-7). Sebagaimana Daud, tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Musa, Yosua, Daniel, Nehemia, Maria, dan Paulus dicirikan dengan kebergantungan mereka yang radikal kepada Tuhan.
Sebagaimana seorang balita bergantung pada ayah dan ibunya dalam segala hal, kita juga bergantung pada Tuhan dalam segala sesuatu. Beberapa orang berpikir bahwa kita seharusnya bertumbuh dari “masa balita” dalam hal kebergantungan pada Tuhan ini, menjadi lebih mandiri. Kebenarannya adalah bahwa kita selalu memerlukan Tuhan. Kita mengawali kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada kasih karunia yang tidak layak kita terima. Kita juga melanjutkan kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada Tuhan yang terus berkarya memulihkan, memimpin, mengasihi, menyediakan, memuaskan, dan memindahkan gunung. Ketika kita bergantung pada Tuhan, kita akan mendapati Dia dapat diandalkan dan bersuka memuliakan-Nya.—SWS
TUHAN DIMULIAKAN KETIKA KITA MENARUH KEBERGANTUNGAN KITA
SECARA PENUH KEPADA-NYA.