SIAPA TUAN KITA?
- Rincian
- Diterbitkan hari Jum'at, 24 Februari 2012 00:00
- Ditulis oleh Petrus Budi Setyawan
- Dibaca: 6998 kali
Baca: 1 Tesalonika 2:1-12
Tidak! Kami tidak berbicara untuk menyenangkan hati orang, melainkan untuk menyenangkan hati Allah, yang menguji hati kami. Sebab kami dianggap layak oleh Allah untuk menyebarkan Kabar Baik itu. (1 Tesalonika 2:4 BIS)
Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 3-4
Ada sebuah lelucon mengenai seorang pendeta yang masuk ke toko buku Kristen dan memilih beberapa buku. Setelah melihat-lihat harganya, ia mendekati pelayan toko dan bertanya: “Apakah ada harga khusus untuk hamba Tuhan?” Hmm ... ada seorang hamba yang sedang meminta fasilitas khusus. Menggelikan bukan?
Paulus dan teman-temannya pernah dicurigai sedang mencari hormat atau keuntungan pribadi melalui pelayanan. Paulus membantah hal tersebut dan menegaskan prinsipnya dalam pelayanan. Ia tahu siapa tuannya dan kepada siapa ia mencari perkenan. Baginya, Allah adalah Sang Tuan yang telah memercayainya (trust) dan memercayakan (entrust) berita Injil kepadanya. Karena itu hanya kepada Allah-lah ia harus mempertanggungjawabkan semua pelayanannya. Keinginannya hanya satu: menyukakan hati Allah yang empunya pelayanan (ayat 4). Sekalipun baik untuk memperoleh pujian dari manusia, namun bukan itu yang seharusnya dicari dalam pelayanan (ayat 6). Karena kalau pujian manusia yang kita kejar, maka bisikan dari Sang Tuan bisa saja kita abaikan.
Di dalam pelayanan mungkin kerap kali kita lupa siapa “tuan” kita. Kita lebih sering membuka telinga ke samping daripada ke atas. Kita lebih suka dan lebih sering mencari komentar dari orang-orang di sekeliling kita daripada komentar Tuan kita. Lalu berdasarkan komentar itu kita mengarahkan pelayanan kita. Selama ini, terhadap komentar siapakah kita lebih merasa nyaman atau terganggu? Para “tuan” dan sahabat kita di dunia, ataukah Tuan kita di surga?—PBS
KENALI DAN HORMATI TUAN KITA.
CARI PERKENAN PUJIAN HANYA DARI PADA-NYA.