TAK PERLU DIPIKIR?
- Rincian
- Diterbitkan hari Selasa, 03 Januari 2012 00:00
- Ditulis oleh Johan Setiawan
- Dibaca: 10165 kali
Baca: Efesus 4:11-16
… sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, … sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:13,14)
Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 8-11
Pernah lihat kaki seribu? Bayangkan kalau hewan berkaki banyak ini berjalan sambil sibuk mengamati kakinya satu demi satu, berusaha mempelajari mekanisme langkahnya. Jalannya bakal kacau. Daripada kacau, bukankah sebaiknya ia tak usah berpikir? Serupa dengan itu, banyak orang merasa iman tak perlu banyak dipikir. Makin sederhana, makin baik. Mempelajari teologi mengancam kesederhanaan iman. Bukankah kita dinasihatkan untuk menjadi seperti anak-anak (childlike)? Pemahaman
pengajaran adalah bagian para “hamba Tuhan” dan “teolog”. Jemaat “awam” cukup belajar mengenai kerohanian yang praktis.
Kontras dengan itu, Alkitab menggambarkan bahwa pertumbuhan menuju kedewasaan yang menyeluruh (ayat 15) juga meliputi menjadi dewasa dalam “iman dan pengetahuan yang benar” akan Tuhan. Artinya, kita justru harus dengan sengaja memikirkan dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan (ayat 13, lihat juga 2 Petrus 3:18). Inilah sebenarnya arti kata teologi (teos=Tuhan+logos=pengetahuan, pemahaman). Orang dengan pemahaman yang benar akan Tuhan tidak akan mudah “diombang-ambingkan” (ayat 14). Menjadi seperti anak-anak dalam iman bukan berarti
menjadi childish atau kekanak-kanakan (1 Korintus 14:20).
Seberapa banyak aspek pertumbuhan ini kita perhatikan? Kita tak mungkin mencintai, melayani, dan menyembah Pribadi yang tak kita kenal atau yang kita kenal secara samar. Di tahun yang baru ini, mari cari dan gunakan tiap sarana pertumbuhan yang ada untuk menolong kita makin dewasa dalam pengenalan akan Tuhan —JOO
KASIHILAH TUHAN DENGAN SEGENAP AKAL BUDIMU