BERKELUH KESAH
- Rincian
- Diterbitkan hari Minggu, 25 September 2011 00:00
- Ditulis oleh Juswantori Ichwan
- Dibaca: 14406 kali
Baca: Ayub 7:1-21
Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku (Ayub 7:11)
Bacaan Alkitab Setahun:
Hosea 1-4
Setiap kali Pendeta Matt selesai berkhotbah, David selalu menambahkan hal yang dianggapnya kurang atau tidak tepat. Mula-mula Matt bisa menerima. Namun, setelah 2 tahun dikritik terus, ia pun marah. “Apa maksudmu selalu mengkritik khotbahku?” tanya Matt. David kaget. Ia berkata, “Maaf, Pak Matt, saya tak bermaksud apa-apa. Saya orang Yahudi. Kami biasa memperdebatkan Alkitab. Setiap kali saya berharap Bapak menyanggah kritikan saya, supaya terjadi dialog yang menarik. Dari situ kita bisa makin akrab!”
Sejak dulu, orang Yahudi biasa berdialog terbuka kepada Tuhan maupun sesama. Saat berdoa, mereka berani membahas segala topik, termasuk yang tidak menyenangkan: kekecewaan, keluh-kesah bahkan kemarahan. Ini tampak dari syair-syair Mazmur, Ratapan, juga dari doa Ayub. Ia mengeluh karena hari-hari hidupnya terasa hampa dan sia-sia (ayat 1-7). Ia ingin segera mati (ayat 8-10). Ia menuduh Tuhan memberinya mimpi buruk waktu tidur (ayat 12-15). Ia kecewa Tuhan membuatnya menderita, padahal ia hidup baik-baik (ayat 20-21). Tidak semua perkataan Ayub benar. Belakangan Tuhan menegur kata-katanya yang “tidak berpengetahuan” (Ayub 38:2). Namun, keluh kesahnya didengar! Dengan jujur mencurahkan isi hati, Ayub dapat menghadapi kekecewaan dengan cara sehat. Ia tidak membenci Tuhan atau melukai diri sendiri.
Apakah Anda kecewa terhadap Tuhan, gereja, atau sesama? Daripada bersungut-sungut di depan orang, lebih baik curahkan isi hati Anda kepada-Nya. Bapa di surga tahu kegundahan hati Anda. Dia akan menghibur sekaligus menegur cara pandang Anda yang keliru. Damai pun akan kembali hadir di hati —JTI
BERKELUH-KESAH TIDAKLAH SALAH
ASAL DISAMPAIKAN KEPADA ALLAH